DPRD Kabupaten Sekadau, Liri Muri |
Sekadau, Batubertulisnews.com - Anggota DPRD Kabupaten Sekadau, Liri Muri pertanyakan keseriusan Satgas Covid-19 tangani pandemi. Minta penggunaan anggaran penanganan Covid-19 transparan.
Politisi Partai Hanura itu pertanyaan penggunaan anggaran Covid-19 yang dinilai tidak sesuai kenyataan di lapangan. Hal itu dikatakannya karena jumlah pasien Covid-19 di Kabupaten Sekadau semakin meningkat setiap harinya. Sementara anggaran untuk penanganan Covid-19 sudah disediakan dengan jumlah yang cukup besar (Miliaran rupiah).
"Beli jarum suntik, alat swab, sanitizer dan lain-lain itu laporkan dong berapa anggaran yang terpakai. Kemudian dari anggaran yang terpakai itu pertanyaan saya, kok korban Covid-19 merajalela, dengan anggaran yang cukup banyak dan maksimal itu, angka penderita atau tertular Covid-19 itu turun dong," pintanya.
Ia pun mempertanyakan keseriusan Satgas Covid-19 Kabupaten Sekadau dalam menangani pandemi Covid-19 tersebut. Terlebih menurut Liri Muri berdasarkan cerita masyarakat di Kecamatan Belitang Hulu ada seorang pasien meninggal Covid-19 yang dimakamkan oleh warga dan bukan oleh satgas.
"Satu contoh, ada yang dinyatakan positif Covid-19, berangkat dari RSUD Sekadau jam 10 malam, sampai di kampung di Kecamatan Belitang Hulu, dimakamkan jam 3 subuh oleh masyarakat. Nah ini mana gugus tugasnya," tegasnya.
Lebih lanjut, Liri Muri menyatakan jangan karena pandemi Covid-19 sudah memiliki aturan dan ketentuan yang harus ditaati oleh masyarakat seperti kewajiban protokol kesehatan dan vaksin. Satgas Covid-19 justru bertindak tidak bertanggung jawab.
Menurutnya dalam mengahadapi pandemi ini, para tim medis mulai dari perawat sampai dokter tidak memiliki teori.
Mengingat kondisi pandemi Covid-19 juga merupakan penyakit baru. Dengan sejumlah alat medis baru. Ia menilai bisa saja nakes tidak mengerti penggunaan alat medis tersebut sehingga mudah menyatakan masyarakat terpapar virus Covid-19.
Meski begitu, Dirinya mempercayai adanya virus Covid-19 dan ada pasien yang tertular. Hanya saja harus jelas riwayat perjalanan pasien, kontak erat, terjangkit siapa, dan karantina dimana.
" Ini harus jelas, jangan semena-mena ketika di swab hasilnya positif, karena ini hasil dikirim ke provinsi. Jangan seolah-olah jadi garda terdepan. Tapi di dalamnya ancur lebur, kalau bahasa Indonesianya casing jak yang bagus, dalam tidak bermerek," tandasnya.
Saat di konfirmasi, Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sekadau, Henry Alpius menegaskan satgas Covid-19 Kabupaten Sekadau sudah sangat serius menjalankan tugas dalam upaya penanggulangan pandemi Covid-19 di Kabupaten Sekadau.
Adapun upaya keseriusan satgas covid-19 dalam menjalankan tugas dibuktikan dengan BOR di Kabupaten Sekadau saat ini berangsur menurun. Sedangkan sejumlah upaya pencegahan penyebaran Covid-19 terus dilakukan.
"ada lima indikator dalam penanggulangan pandemi Covid-19, diantaranya, penanganan Covid-19, percepatan vaksinasi, belanja kesehatan lain yang menjadi prioritas daerah, trecing dan testing", katanya.
Sementara untuk isolasi mandiri satgas covid-19 dukung obat-obatan, tapi belanja lain seperti bantuan sosial dan lainnya itu tergantung desa. Karena desa punya anggaran 8 persen untuk penanganan Covid-19.
"ada dua paket yang disebut dengan paket merah putih, paket merah itu ada obat anti virus dan yang putih hanya berisi vitamin yang diberikan bagi pasien yang isoman. Karena tidak semua pasien itu harus mendapat obat anti virus, itu dokter yang menentukan," jelasnya.
Mengenai program vaksinasi, Henry menjelaskan saat ini vaksinasi pertama sudah 20 persen, dan vaksinasi kedua 14 persen dengan rata-rata vaksinasi total sekitar 14 persen.
Jika dilihat level percepatan vaksinasi di seluruh Kalbar, Kabupaten Sekadau berada pada peringkat ke-7 dari 14 Kabupaten-kota,
"ini yang harus kita sadari dan syukuri, teman-teman yang sudah bekerja. Jangan berpikir bahwa percepatan vaksinasi ini tidak berhasil. Inikan membuat teman-teman Kesehatan jadi lemah," paparnya.
Dikatakan Henry saat ini vaksinasi sedang difokuskan untuk anak-anak usia 12-17 tahun, sebagai upaya mendukung pembelajaran tatap muka berlangsung, dimana siswa dan guru harus sudah divaksin.
Sasarannya pun sekolah-sekolah yang akan melaksanakan tatap muka terutama di ibukota Kabupaten, sebagai pilot projects pembelajaran tatap muka.
"Kita lihat percepatan vaksin ini, kita maunya akhir tahun 80 persen divaksin semua, itu kalau tersedia vaksinnya. Kalau secara kemampuan, kita mampu tapi ketersediaan vaksinnya itu melambat, dosisnya tidak banyak. Kita terus minta kepada provinsi agar dialokasikan. Perminggu biasanya kita dapat 1000 dosis vaksin," pungkasnya.
Henry memastikan pihaknya telah bekerja sesuai dengan tupoksi yang ada. Di sisi lain, terkait penggunaan anggaran saat ini baru sekitar 3 persen. Penggunaan anggaran tersebut juga digunakan untuk membayar insentif tenaga kesehatan.
"Penyerapan anggaran baru 3 persen, kita bayar insentif nakes setelah ada SPJ-nya. Tidak ada kami pegang uang dan penggunaannya diawasi oleh eksekutif, mereka sebagai DPRD silahkan mengawasi". Ucapnya.
"Kami yang di daerah hanya menyediakan obat-obatan, sarana dan prasarana, oksigen yang sifatnya mendukung penanganan Covid-19, untuk klaim biaya pengobatan pasien Covid-19 dilakukan langsung oleh pihak rumah sakit ke pemerintah pusat," jelas Henry. (Red)